Tips Menjual Rumah Sendiri


Tips menjual rumah sendiri sepertinya perlu diketahui bagi Temans yang berencana melakukannya, cari infonya jauh sebelum melakukan transaksi menjual rumah. Luangkan waktu barang sejenak untuk mengetahui pengalaman orang lain yang pernah melakukannya.

Tips menjual rumah YSalma
Photo by Annie Japaud on Pexels.com

Pengalaman Menjual Rumah Sendiri

Beberapa waktu lalu, saya sempat disibukkan dengan keharusan menjual rumah yang sudah dimiliki. Ada rasa ‘tarik ulur’ untuk melepas properti yang dipunya itu. Ada rasa sayang melepaskannya.

Walaupun rumah kecil, tetapi lokasinya sangat strategis, harga rumah naik begitu cepat karena kotanya sedang berbenah menata diri menjadi salah satu kotamadya incaran di wilayah penyangga Jakarta.

Kalau memikirkan investasi, sayang banget untuk dilepas. Tetapi, saat itu saya perlu dana secepatnya untuk bayar hutang (rumah juga). Saya diuber deadline ceritanya, karena gak betah mencicil setiap bulannya :mrgreen: . Nasib dari tipikal pribadi yang lebih merasa nyaman memiliki barang yang bisa dibeli tunai sesuai budget yang ada, tapi coba-coba untuk beli rumah dengan cara dicicil, tapi gak berjalan sesuai dengan rencana awal šŸ˜³ .

Oleh karena itu, beruntung lah teman-teman yang tak punya hutang, sehingga tak perlu melego aset yang sudah ada ā¤ .

Menjual rumah ternyata tidak semudah menjual rumah-rumahan, apalagi dasar penjualannya bukan karena kelebihan aset.

Saat proses menjual rumah sendiri itu, ada pengalaman yang didapat dan sepertinya perlu di-share. Tulisan ini bisa menjadi tips menjual rumah sendiri bagi yang lain, sapa tau nantinya ada juga yang kepepet harus menjual rumah sendiri, (jangan sampai deh).

Begini cerita pengalaman saya menjual rumah sendiri:

  1. Survey Harga Jual & Beli Rumah di Lokasi

Sebelum menentukan harga, saya bertanya dulu ke tetangga kiri dan kanan. Saya nelponin rumah yang ada tulisan mau dijualnya.

Kemudian, saya membandingkan dengan harga rumah baru di kompleks sekitar tersebut. Bedanya, kompleks tersebut mempunyai pintu gerbang utama sendiri (baca: gapura masuk perumahan), tetapi spesifikasi rumahnya hampir sama dengan rumah yang saya miliki..

Buaahhh,, harga rumah barunya bikin mulut saya susah nutup, hampir empat kali lipat dari NJOP kompleks rumah saya. Padahal, lokasi rumah saya juga dekat dengan jalan utama, dekat dengan pintu tol juga. Kekurangan perumahan saya gak punya gerbang utama sendiri šŸ˜› , alias hanya sebuah pintu masuk perumahan biasa dan berbatas sebuah pintu masuk dengan perumahan di sebelahnya. Pintu masuk utamanya ‘nebeng’ dengan perumahan lain.

Saya juga membandingkan harga rumah dengan kompleks perumahan yang satunya lagi, yang memasang iklan di TV, buahhh, makin ngelus dada deh melepas rumah untuk dijual.

Tapi, mau gimana, saya lagi butuh uang cash šŸ˜„ . Nasib.
Kenapa waktu itu gak milih jalan keluar lain ya? Nyari kerja lagi misalnya? *Rezekimu dengan rumah pertama ini hanya sampai situ, Mak!*

2. Menetapkan Harga Jual

Setelah survey seperti di atas, kami (saya dan suami) menetapkan harga yang sesuai dengan kondisi rumah. Menurut kami sih harganya sudah cocok, gak mahal. Kami gak merasa rugi untuk saat itu, yang akan membeli masih untung banyak, apalagi untuk tahun-tahun ke depannya, bisa menjadi invest yang sangat bagus.

3. Memasang Plang/Tulisan Rumah Dijual

Setelah diinfokan dari mulut ke mulut, rumahnya dipasang tulisan mau dijual. Berkat tulisan tersebut banyak yang menawar rumah dan ada yang mau. Penawarannya sedikit di bawah harga penawaran kami. Karena gak berjodoh, kami kekeuh masih belum mau melepas.

Tetangga juga banyak yang minat, tetapi mereka maunya membayar cuma pada harga 1,8 X NJOP. Harga ini sama dengan nilai appraisal bank. Har dari bank itu kalau surat-surat rumah mau dijadikan agunan atau jaminan ke bank oleh calon pembeli baru. Duh, rugi di sayanya..

Rumah belum terjual, saya dan keluarga harus bersiap pindah ke daerah lain untuk mengejar tahun ajaran baru sekolah junior.

4. Sempat Minta Tolong Agen Property

Karena sudah tidak leluasa mengurus sendiri, kami sepakat minta tolong agen property yang tidak perlu biaya, tapi tetap profesional, sudah punya link jual beli rumah yang banyak. Jika terjual, hanya dipotong fee 2,5% dari harga jual.

Ketika saya bertanya nilai jual rumah menurut perhitungan mereka, jawaban yang saya terima hanya berupa kalimat, ‘tenang bu, kita akan pasarkan’.

Saya berharap mereka punya gambaran umum harga jual rumah per wilayah gitu. Ternyata saya tidak diberi informasi. Dalam hati timbul keraguan.

4 bulan lewat, mereka mendapatkan calon pembeli, tetapi harga yang didapatkan agen di bawah penawaran calon pembeliĀ  yang bertanya melalui saya secara langsung. Akhirnya disudahi saja bekerjasama dengan agen tersebut.

Ada juga penawaran dari agen properti yang berkantor di kompleks perumahan elite. Menawarkan jasa untuk membantu menjualkan rumah.

Saya kembali bersemangat, ‘boleh nih, usaha lebih lagi, linknya pasti lebih banyak’.

Beberapa bulan berlalu. Bah, ternyata penawaran pembeli dari si agen,Ā  jauh di bawah harga tawar tetangga saya šŸ˜„ .

5. Baiknya ‘Titipkan’ Rumah Pada Tetangga Yang Dipercaya

Lokasi saya sekarang agak jauh dari rumah yang mau dijual. Kebanyakan calon pembeli pada survey langsung ke lokasi. Maka calon pembeli nanya dan ngobrolnya sama tetangga di sana dong.

Walaupun rumah-rumah lain yang mau dijual berada pada penawaran harga yang sama. Akan tetapi, ada beberapa tetangga yang agak rada-rada, ternyata mereka memberi masukan ke calon pembeli bahwa harga rumah yang dijual itu seharusnya sekian, harga hampir mirip dengan NJOP. Harga yang sesuai dengan maunya tetangga membayarkan rumah saya.

Alasan tetangga yang naksir sama rumah, ‘dulu kan belinya segitu, nawar harga segini, yo wajarlah’.
Dan mereka berharap, calon pembeli juga menawar dengan harga tersebut, sehingga tidak akan ada kesepakatan. Rumah gak terjual dalam waktu yang lama hingga saya lelah dan merelakannya dengan harga rendah.

MerekaĀ  gak memikirkan bahwa harga rumah disekitaran kompleks sudah ‘selangit’. Deuh, sabar, sabar.

6. Persipkan Diri Dengan Telepon dari Calon Penipu

Menjual rumah sendiri juga disertai pengalaman ditelepon oleh calon-calon penipu. Mereka menelpon sekitar pukul satu siang (waktunya laper atau ngantuk). Ngaku tinggal di sekitar situ, sudah lihat rumah ke lokasi, tawar menawar harga. Dia bilang mau konfirmasi istri/suami dulu.

Tak berapa lama, si penipu akan menelpon lagi, mengatakan harga cocok, minta no rekening mau mentransfer tanda jadi.

Sore hari, setelah lewat jam kantor, dia ngasih kabar, tanda jadi sudah ditransfer.

Saya yang mendapat pemberitahuan seperti itu, bingung, ‘SMS banking saya gak ngabarin apa-apa tuh’.

Si calon penipu menelpon setengah memaksa saya untuk cek ke ATM langsung. Nanti kalau saya sudah di ATM harus sambil menelpon dia, biar dipandu cara mengeceknya. Kalau tidak masuk, dia minta pertanggungjawaban uang yang katanya sudah terlanjur ditansfer itu.

Saya katakan aja supaya si calon penipu untuk mengecek ke bank tempat dia mentransfer uang. Pihak bank pasti bisa ngasih bukti apakah transferannya berhasil atau tidak. Dia kesal dan menutup telpon.

Ampun dah, kok orang tega banget niat mau nipu orang yang lagi kepepet, mbok koruptor yang banyak ambil duit rakyat sana yang ditipu. Saya jual rumah bukan karena kelebihan rumah, tapi karena sangat perlu uang šŸ˜„ .

Calon penipu seperti di atas bukan hanya satu dua, tapi banyak lho.

7. Siapkan nomer ponsel khusus

Berkaca dari poin 6 di atas, maka nomor telpon atau nomor ponsel yang disebar untuk keperluan jual beli rumah harus nomor terpisah dari nomor ponsel pribadi. Tujuannya untuk membuat kepala auto siaga saat telepon masuk ke nomor tersebut. Selain itu, juga memberi jeda pada pikiran saat kita agak lengah dari calon pembeli penipu.

***

Saya hampir satu tahun berjuang menjual rumah sendiri. Akhirnya ketemu juga sama pembeli yang serius.

Prosesnya lumayan cepat, empat hari setelah melihat kondisi rumah, proses jual beli selesai.

Pembeli ini juga cerita, sebelumnya sudah melihat rumah lain di lokasi yang sama. Ada yang rumahnya dia suka, tapi dia gak suka sama sikap pemiliknya yang memberi kesan meremehkan dia sebagai calon pembeli hanya gegara tempat tinggalnya sekarang di lokasi perumahan langganan banjir. Padahal dia mencari rumah di lokasi rumah saya untuk anaknya.

Menjual dan membeli rumah ternyata memang benar jodoh-jodohan.

Dari cerita penjang di atas, tips atau cara menjual rumah sendiri biar cepat laku dapat disimpulkan :

  • Menjual rumah perlu waktu, siapkan mental sebaik-baiknya.
  • Jaga kondisi rumah dalam keadaan bersih, rapi, memberi kesan terawat.
  • Tetapkan harga jual setelah survey harga sekitar.
  • Jika perlu Agen properti, cari Agen properti yang serius dan menghargai rumah, bukan yang hanya biar cepat laku aja dan terima komisi.
  • Bagi blogger, yang biasa dengan dunia maya, sebaiknya pasarkan rumahnya sendiri aja/langsung. Sangat banyak pembeli yang belum mau menggunakan jasa pihak ketiga untuk membeli rumah.
  • Perlakukan semua calon pembeli sebaik mungkin, pegang prinsip pembeli adalah raja šŸ™‚ .
  • Selalu waspada kepada calon penipu.
  • Gunakan satu nomor telepon khusus untuk dipajang pada iklan/plang jual rumah.

Ternyata tips menjual rumah sendiri, hampir seperti persiapan untuk mendapatkan rumah idaman ya šŸ™‚ . Semoga Temans YSalma yang berniat menjual rumah segera bertemu dengan calon pembeli yang serius dengan harga sepadan untuk kedua belah pihak. Semangat

15 comments

  1. Setuju. Menjual rumah (dan apapun yg sifatnya harta) harus siap2 mental karena makan waktu lama… jadi harus sabar…

    Suka

  2. Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Ysalma…

    Begitu rumit ya proses mahu menjual rumah sendiri ini. Lama sekali menunggu yang mahu membelinya. Tentu kita mahu harga yang memuaskan mbak.

    Saya juga pernah ingin menjual rumah saya, tetapi memikirkan rumahnya jauh dari jalan utama seperti tidak ada yang mahu beli. Ahhh… biar aja didiami sampei tua. šŸ˜€

    Thanks tipsnya mbak, sangat mencerahkan.
    Salut ya sudah berjaya menjualnya dan mudahan keperluan dana itu dapat diselesaikan dengan baik. aamiin.

    Salam manis dari Sarikei, Sarawak. šŸ˜€

    Suka

    • Waalaikumsalam wr,wb. bunda Siti.

      semoga teman yang lain ga perlu menjual aset yang sudah ada,
      malahan bertambah terus dan membawa banyak kebaikan ya Bund, Aamiin.

      Salam kembali.

      Suka

  3. Setuju banget,harus menjaga kondisi rumah dalam keadaan bersih,rapi,memberikan kesan terarat agar yang mau beli rumah yang kita jual berminat membeli rumah

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.